"Dia berubah sejak kamu mutusin dia!"
...
Kalimat itu terus ada di pikiranku, memunculkan berbagai macam persepsi.
Aku sungguh tidak mengerti dari sudut manakah aku perlu berkaca;
dari sudut yang disakiti, atau menyakiti.
Jelas ia menyakiti aku.
Terlalu cuek. Terlalu fokus kepada teman-temannya.
Lalu aku dianggap apa ? Hanya sebagai penghilang sepi sajakah?
Dan jelas aku menyakiti dia.
Memutuskan tanpa memberitahu sebabnya.
Pergi secara tiba-tiba, dan juga memintanya kembali secara tiba-tiba.
Jujur aku (masih) butuh dia.
Aku benar-benar tidak rela melihat dia bersama orang lain.
Tetapi ujungnya aku kembali berkaca. Memang benar, aku yang membuat dia pergi.
Aku yang melukai.
Ego ku kembali memberontak, dia juga menyakiti aku, dan aku harus membalas lebih.
Inikah yang disebut cinta; saling menyakiti?
Terkadang, aku masih mengingat masa-masa dimana ia dan aku duduk di satu bangku yang sama, tertawa bersama, dan saling mengejek.
Dia masih mau mengajak aku pergi, masih rela berkorban waktu dan tenaga untukku.
Sekarang, hanya tatapan mata yang dapat menjelaskan.
Menjelaskan keangkuhannya, kemarahannya, kesedihannya. Dan aku hanya tersenyum, tetap berharap ia kembali disini lagi.
Masih sering aku membayangkan gurauannya yang tertulis jelas di layar handphoneku,
sms-sms romantisnya yang membuat aku bersemangat dalam menjalani hari ..
Sekarang aku dan dia telah berjalan ke arah yang berbeda.
Dia mengejar mimpinya, begitu pula aku.
Memang tak selamanya bisa terus bersama, bisa terus berdua,
tapi aku harap alam berkonspirasi untuk mempertemukan dia dan aku kembali di masa depan.
Pergilah cinta, cari apa yang kau mau. Dan saat kau butuh tempat untuk bersandar, aku selalu ada disini untukmu.
No comments:
Post a Comment